Foto—Presiden Amerika Serikat, Donald John Trump (kiri) bertemu dengan Presiden China, Xi JinPing. (Sumber: REUTERS)
Jakarta, Ekspresi Indonesia—Amerika Serikat dan Tiongkok sepakat menghentikan sementara ketegangan perdagangan yang telah berlangsung bertahun-tahun dengan memangkas tarif secara signifikan dan memberlakukan masa jeda selama 90 hari. Langkah ini diumumkan usai pertemuan tingkat tinggi antara delegasi kedua negara di Jenewa, Swiss, sebagai bagian dari upaya meredakan konflik dagang yang kian menekan perekonomian global.
Dalam kesepakatan tersebut, tarif impor untuk produk asal Amerika Serikat yang masuk ke pasar Tiongkok diturunkan dari 125 persen menjadi hanya 10 persen. Sebaliknya, produk-produk Tiongkok yang diekspor ke Amerika dikenai tarif baru sebesar 30 persen, jauh di bawah tarif sebelumnya yang mencapai 145 persen.
“Kami telah menyetujui penghentian sementara selama 90 hari dan secara signifikan menurunkan beban tarif. Kedua pihak menurunkan tarif hingga 115 persen secara keseluruhan,” ujar Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dalam pernyataannya yang dikutip CNBC pada Rabu, 14 Mei 2025.
Jeda tarif ini mulai berlaku efektif pada hari yang sama dengan pengumuman tersebut. Pemerintah kedua negara juga sepakat untuk melanjutkan dialog ekonomi dan perdagangan secara intensif selama periode ini, guna mencari solusi jangka panjang.
Pasar merespons positif pengumuman ini. Di Amerika, indeks berjangka Nasdaq melonjak 3,7 persen, S&P 500 menguat 2,7 persen, dan Dow Jones mengakhiri sesi perdagangan dengan kenaikan lebih dari 840 poin atau sekitar 2 persen. Harga minyak global turut terdorong naik, dengan minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli tercatat naik 2,7 persen menjadi 65,66 dolar AS per barel, sementara West Texas Intermediate menguat 2,9 persen ke posisi 62,81 dolar AS per barel.
Mark Williams, Kepala Ekonom Asia dari Capital Economics, menyebut kesepakatan ini sebagai “de-eskalasi yang signifikan” dalam konflik dagang dua kekuatan ekonomi terbesar dunia. Meski demikian, ia menegaskan bahwa kesepakatan ini bersifat sementara dan belum menjamin terciptanya stabilitas jangka panjang.
“Tidak ada jaminan bahwa penghentian 90 hari ini akan berujung pada perdamaian permanen,” ujar Williams.
Tai Hui, Kepala Strategi Pasar Asia Pasifik di J.P. Morgan Asset Management, menilai bahwa besarnya pemangkasan tarif melampaui ekspektasi. Menurutnya, hal ini mencerminkan kesadaran kedua pihak bahwa konflik dagang berisiko besar terhadap laju pertumbuhan ekonomi dunia.
“Walau 90 hari tergolong singkat untuk menyusun kesepakatan menyeluruh, periode ini tetap menjadi tekanan positif bagi kelanjutan negosiasi,” ungkap Hui dalam analisisnya. Ia juga menyoroti bahwa para investor masih menunggu kejelasan soal kebijakan lainnya, termasuk kemungkinan pelonggaran pembatasan ekspor tanah jarang oleh Tiongkok.
Kesepakatan ini menjadi salah satu peristiwa penting dalam dinamika geopolitik dan ekonomi global, dengan dampak langsung terhadap sentimen pasar dan arah kebijakan perdagangan internasional ke depan.
(D.L.R)



Comment